HEADLINE

Latest Post
Loading...

26 July 2018

Selamat Datang Mahasiswa Baru

Oleh: Musliadi Salidan/www.lpmalkalam.com

"Mahasiswa-lulus-wisuda-kerja-menikah-punya anak-masa tua-mati, rasa-rasanya hidup tidak sebercanda itu kawan"

Menjadi seorang mahasiswa merupakan sebuah kebanggaan yang tiada terkira, selain telah menyelesaikan pendidikan tingkat dasar hingga atas, mahasiswa merupakan sebuah status prestisius bagi pemuda yang diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di bangku perkuliahan. Tidak banyak teman-teman kita yang bisa mendapat kesempatan untuk mengenyam dunia perkuliahan, secara tidak sadar kita telah menyingkirkan teman-teman kita di luar sana melalui berbagai persaingan masuk seleksi perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Maka sudah sepantasnya kita gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dengan menjadi mahasiswa yang sebenar-benarnya mahasiswa, yang bermanfaat bagi rakyat, nusa dan bangsa.

Mahasiswa merupakan sebuah status sosial yang menjadi tumpuan bagi rakyat kecil untuk berani menyuarakan suara-suara arus bawah dan sebagai mahasiswa harus tegas menentukan keberpihakan atas dasar kebenaran dan keadilan. Dia berada di tengah-tengah menjadi jembatan penghubung kepentingan-kepentingan rakyat kecil dengan mereka para pemangku kebijakan, mahasiswa harus berperan menjadi mitra strategis dan oposisi kritis bagi pemerintah. Ketika kita melihat sejarah perjalanan bangsa Indonesia, peran pemuda terutama kaum terpelajar seperti mahasiswa begitu vital, mereka bergerak dan mengorganisir untuk mencapai visi bersama yang pada hakekatnya untuk membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan dan pembodohan.

Mahasiswa tidak hanya sebagai motor penggerak perubahan, tetapi juga  sebagai aktor perubahan, untuk itu menjadi mahasiswa begitu luar biasa tanggung jawabnya, tidak hanya tanggung jawab akademik yang melekat, jangan lupakan juga tanggung jawab sosial yang ada di pundak kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan rakyat kecil, karena sejatinya mahasiswa tidak boleh jauh dari kehidupan masyarakat.

Menarik melihat fenomena mahasiswa sekarang ini yang lebih banyak hidup dalam kenyamanan, hidup hedonis dan oportunis. Seiring berkembangnya zaman, tentu ada juga sebuah perubahan sikap dan kultur mahasiswanya. Mahasiswa menjadi manusia-manusia robot yang hanya paham huruf dan angka, tetapi tidak paham masa depan dirinya apalagi bangsanya. Untuk itu mari kita tentukan pilihan menjadi mahasiswa bagaimana nantinya kedepan. Menjadi mahasiswa itu sebuah kepastian, tetapi menjadi mahasiswa yang seperti apa itu adalah pilihan. Sebagai mahasiswa tentu kita adalah manusia-manusia merdeka yang bebas menentukan arah kemana kita akan melangkah, kita tidak boleh disetir oleh orang lain apalagi kepentingan-kepentingan golongan yang membatasi kita untuk terus bergerak. Sejatinya mahasiswa harus mendengarkan suara hati nurani untuk melangkah, tidak harus terkungkung dalam kotak yang terus membelenggu pikiran dan raga kita. Dunia perkuliahan tentu akan menenmui banyak sekali pergulatan pemikiran dan ideologi. Menjadi mahasiswa juga tempat untuk membentuk jatidiri dan karakter sehingga setelah lulus bisa hidup dalam dunia masyarakat yang lebih nyata dan tidak gagap.

Bukan mahasiswa jika kita tak mengenal pendahulu-pendahulu kita yang telah menorehkan sejarah dengan menggulingkan pemerintahan yang tidak berpihak pada rakyat, sejarah mencatat ada nama Soe Hok Gie seorang mahasiswa jurusan sejarah Fakultas Sastra UI (FSUI) pada periode 1960-an yang memberikan contoh bagaimana kita seharusnya menjadi mahasiswa yang ideal, dia membaca, dia menulis dan dia melakukan aksi. Gie begitu sapaan akrabnya merupakan mahasiswa yang dengan tegas menentang segala bentuk penindasan dan pembodohan kepada rakyat, dia selalu memperjuangkan nasib-nasib rakyat dengan menulis di koran-koran dan melakukan demonstrasi menuntut harga-harga kebutuhan pokok diturunkan. Tulisanya begitu tajam, blak-blakan dan tentunya membuat kuping panas siapapun yang dituju, dengan itu diharapkan rakyat juga paham dan secara terbuka pikiranya mengetahui segala apapun yang terjadi dengan kebenaran yang sesungguhnya, tidak dimanipulasi sedemikian rupa. Gie memperkenalkan kepada kita tentang kehidupan mahasiswa yang harus dipenuhi dengan buku, pesta dan cinta.

Buku, pesta dan cinta begitu slogan Gie untuk dunia mahasiswa. Slogan ini sudah seringkali didengungkan di Universitasnya, tempat ia tumbuh dan besar. Buku sebagai representasi tentang intelektual, pesta bisa dikatakan sebagai representasi tentang hubungan sosial, dan cinta yang merepresentasikan tentang hakikat keterikatan antar makhluk. Sudah sejatinya menjadi mahasiswa harus dekat dengan buku, dengan membaca kita mempunyai pengetahuan yang luas dan mengenal dunia seisinya. Intelektualitas harus menjadi jati diri dari mahasiswa karena tingkat keilmiahan harus terus diasah dengan banyak membaca, membaca juga tidak hanya pada teks saja tetapi bisa juga membaca persoalan dan keadaan. Hubungan sosial juga penting bagi seorang mahasiswa, kita dituntut untuk bisa berinteraksi dari kaum melarat sampai konglomerat, harus bisa menyerap aspirasi dan menyapaikan ide kepada siapapun. Dan cinta merupakan sebuah rasa yang melekat dalam setiap makhluk Tuhan di dunia ini, cinta juga bisa berarti memberi dan memperjuangken, tentunya mahasiswa harus mempunyai cinta kepada rakjat dan bangsanya. Tanpa adanya cinta, rasa-rasanya hidup ini begitu hambar dan tidak berwarna sama sekali, kita akan melihat kehidupan begitu kelam, hitam dan putih.

Untuk itu mari kita menjadi mahasiswa yang sadar akan peran dan tugasnya, tidak lupa dengan tanggung jawab yang melekat. Sudah saatnya kita meninggalkan cara berpikir pragmatis, kita harus berpikir menggunakan nurani. Menjadi mahasiswa adalah sebuah kebangaan yang patut untuk disyukuri, harus kita isi dengan gagasan-gagasan untuk terus mewujudkan visi bersama, karena kita mahasiswa bukan siswa lagi. Ingat, ada kata "maha" di depan siswa yang artinya agung atao besar. Maknanya adalah menjadi mahasiswa harus besar mimpinya, besar tindakanya dan besar tanggung jawabnya. Tidak ada waktu untuk kita hidup bersenang-senang diatas penderitaan rakyat, sepatutnya kita berdiri bersanding dengan rakyat untuk selalu memperjuangkan nasib mereka menuju kehidupan yang lebih baik

Musliadi Salidan- Mahasiswa  Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara
banner
Previous Post
Next Post
Comments
0 Comments

0 comments:

Pers Mahasiswa AL-Kalam, IAIN Lhokseumawe Phone. 0852 6017 5841 (Pimpinan Umum). Powered by Blogger.